Dimas Dwilistyo's profile

Infographic: History of VOC in Batavia

Adapun hasil perundingan L'Hermite dengan Pangeran Jayawikarta, putera Pangeran Tubagus Angke, adipati Jayakarta II (1670-1600), adalah persetujuan untuk membangun sebuah rumah kayu dan batu untuk pangkalan niaga. Dengan membayar 1.200 ringgit, orang Belanda mendapatkan tanah seluas 50 x 50 depa dekat muara di pinggir timur Ciliwung. Di tempat ini, di pinggir kampung Cina, mereka boleh membangun apa yang dengan berbagai istilah disebut rumah (huis), tempat berkumpul (loge) atau kantor dagang (factorij). Bangunan yang kemudian disebut Nassau Huis (Rumah Nassau) itu dilengkapi dengan sebuah bangunan yang lebih kecil, tak jauh dari sana, yang kemudian dikenal sebagai Rumah Kapten Watting, saudagar menetap yang pertama.

The results of the L'Hermite negotiations with Pangeran Jayawikarta, the son of Prince Tubagus Angke, Duke of Jayakarta II (1670-1600), were agreed to build a wooden and stone house for the commercial base. By paying 1,200 ringgit, the Dutch got 50 x 50 fathoms near the estuary on the eastern edge of Ciliwung. In this place, on the edge of a Chinese village, they may build what in various terms is called a house (huis), a gathering place (loge) or a trading office (factorij). The building which was later called Nassau Huis (Nassau House) was equipped with a smaller building, not far from there, which became known as Captain Watting's House, the first settled merchant.
Infographic: History of VOC in Batavia
Published:

Infographic: History of VOC in Batavia

The results of the L'Hermite negotiations with Pangeran Jayawikarta, the son of Prince Tubagus Angke, Duke of Jayakarta II (1670-1600), were agre Read More

Published: