Febrian Aditya's profile

Akhirnya Rilis Juga (Booklet)

Akhirnya Rilis Juga!
Begitulah tajuk gig yang berlangsung di Envy Coffee Shop, Surabaya, ini. Tajuk ini seolah mengikuti perkembangan skena musik setempat yang, entah mengapa, banyak menggunakan satir. Mungkin ini sebuah cerminan bahwa Surabaya kini ditinggali oleh banyak pendatang yang sedikit banyak mengaburkan denyut asli karakter yang blak-blak an. Akan tetapi, itulah resiko kota besar. Kota yang akan didatangi siapapun. Surabaya sudah sejak lama go public. Bisa jadi inilah perkembangan lanjut dari karakter blak-blak an itu: sebuah satir yang terbuka.
Adalah Kolibri, Dopest Dope, Anti-Scum, dan Hecht, serta 2 band dari Nerve Records: Reveur dan Tuan Tanah, telah memproduseri langsung gig yang diadakan 20 Juni 2014 ini. Berangkat dari kepentingan masing-masing seperti merilis album, single, atau bahkan mengenalkan band yang baru terbentuk, “Akhirnya Rilis Juga” menambah arsip dalam D-I-Y gig yang berkonsep collective release party. Saat gig berlangsung, transaksi data melalui USB flashdisk atau media lain pun terjadi. Begitu juga transaksi media melalui katalog ini yang bisa disimpan dan atau dikopi/disebarluaskan ke khalayak. Selamat malam!
 
Febrian Aditya (Ryan Ka)
def-n SUB Webzine
 
Reveur
Sebuah band post-hardcore yang berbalut suara gitar yang berefek modulasi. Kord demi kord akan terasa mengarungi sebuah petualangan baru ala At The Drive-In dengan sentuhan vokal yang lebih kasar dengan lirik yang menyentuh. Warna irama akan lebih terasa dengan gebukan drummer yang mantap. Fyi, band yang digawangi oleh Eri, Wendi, Ardo, dan Putu ini, juga telah merilis sebuah EP album yang berjudul “Our 1st EP” dengan semena-mena di bawah naungan netlabel NERVE Records. Dentuman lagu-lagu seperti U're Hollow, Lementation, dan Dialectics In Confidence ini bisa dinikmati langsung dengan mengunduh gratis di halaman internet NERVE Records. Ingat, salam lagu-lagunya, akan banyak tersirat teriakan-teriakan emotif dari sang vokalis, Putu, yang disahuti oleh gitarisnya, Eri.
 
Twitter:
@reveur_skramz
SoundCloud:
www.soundcloud.com/reveur_skramz 
Other links:
www.nerverecs.bandcamp.com/album/our-first-ep
www.nerverecs.tumblr.com 

Tuan Tanah
Sound yang setengah matang! Namun di situlah letak estetika yang dibangun oleh Tuan Tanah. Berawal dari formasi berpunggawa Fajar, Rozi, dan Bram yang dipastikan akan bertransformasi menjadi Fajar dan Rozi yang masing-masing akan berkutat di bebunyian gitar dan bebunyian tak diduga lainnya, serta Mahatir dan Tirta yang bergumul dengan bass dan synth. Setengah memaksa dengan merilis EP berjudul panjang di bawah naungan NERVE Records “A Thousand Different Moving Pictures Can't Describe This Feeling,” Tuan Tanah telah berhasil menaklukkan beberapa panggungnya. Di dalam EP ini mereka mengeksplorasi beberapa track berdurasi sedang yang akan menenggelamkan hari-hari ke dalam renungan yang tak berujung. Tanpa bermaksud berlebihan, tentunya inilah sisi estetika yang dapat menarik perhatian setiap orang yang mendengarkan pertama kali. Kejutannya adalah, sebuah single baru berjudul “Colour Blind” yang dari judulnya dapat ditemukan sebuah kata dari kamus Oxford dan tentunya membuat setiap pendengar akan berpikir sesuatu.
 
SoundCloud: www.soundcloud.com/tuan-tanah
Twitter: @TuanTanahExp
Facebook: www.facebook.com/TuanTanahExp
Bandcamp: www.tuantanah.bandcamp.com 
Other links:
www.nerverecs.bandcamp.com/album/a-thousand-different-moving-pictures-cant-describe-this-feeling
www.nerverecs.tumblr.com

Dopest Dope
Mengawali debutnya dengan merilis single “The State Of Containing Nothing” yang berbalut aroma alternatif ala Angels&Airwaves dan Weezer, Dopest Dope datang meramaikan skena musik lokal dengan mengusung underdog attitude. Dipelopori oleh Ricky Mahardhika dan Sasmito Adi yang sudah tidak asing lagi di kalangan skena musik setempat, mereka mengajak Oldy Pandu yang juga biasa dipanggil Melo untuk bersama menyajikan pikiran klise ala 90an. Belakangan ini setelah merekrut satu gitaris lagi bernama Dhimas Zoso dari band debutan favorit teman-teman perpustakaan, Dopest Dope merilis single terbarunya “The Luck Song.” Tentunya masih mengikuti perkembangan terkini, lagu ini juga berisi satir yang siap menggempur isi otak orang dengan nuansa bebunyian yang sedikit shoegaze menyeret seperti menunggu sunrise di pagi yang mendung.
 
Twitter: @dopestdope_
E-mail: dopestdope@live.com
Website: www.dopestdope.info.se
Soundcloud : www.soundcloud.com/dopest-dope-1

Kolibri
Lama berkutat dalam konsistensi sebagai band fiksi sejak 2011, akhirnya Kolibri memutuskan untuk menjadi band yang lebih nyata tahun ini. Adalah Bram Christian, yang sudah tertebak keyakinan yang dianut dari namanya, mengumpulkan teman-teman seperti Dwi Pudji, Faiz Dewangga, dan Deddy Laudryansyah untuk
dipaksa meramu lagu-lagu dan merekamnya demi sebuah imej yang selalu dibentuk secara sengaja setiap waktu. Tak banyak yang mengetahui seberapa jauh band ini akan melangkah, namun bisa jadi munculnya band fiksi ke dunia nyata ini adalah pertanda layaknya Dajjal yang keluar dari goa di Masjidil Aqsa. Sebuah EP album dirilis bersama additional gitaris, Alfian Aziz, bertajuk Blank Television.
 
Twitter: @kolibrikolibros
Facebook: www.facebook.com/kolibrikolibros
YouTube: www.youtube.com/user/kolibrikolibros
E-mail: kolibrikolibros@gmail.com

Hecht
80% bassist! Memang tidak semua memainkan bass di band ini. Namun, dalam formasi Hecht yang baru terdapat Dimar, Yudhis, Kurnia Desly the Archer, dan Ryan the Ram yang merupakan pemain bass di project band lain. Ekaputra melengkapi hebohnya bebunyi kemurungan yang sangat kental dalam musik Hecht. Sempat saling mengalami perpecahan tanpa merusak persahabatan beberapa kali, Hecht tak kunjung merilis lagu apapun untuk diperdengarkan secara layak. Akan tetapi, kali ini tampaknya mereka no mercy. Sebuah single berjudul Kekkai dirilis dan kini semua bisa senang menikmati gelombang kemurungan ala Hecht.
 
Twiter: @hechtohecht
Facebook: www.facebook.com/stablehecht
Last.fm: www.last.fm/music/hecht

Anti-Scum
Band debut yang tidak terlalu baru. Rahadil Bodil Hermana, Ikang, Richie, Raka, dan Kimpoy mengaku bahwa terbentuknya band ini didasari atas kekangenan mereka terhadap punk era 80-90an. Anti-Scum dibentuk secara ekspres layaknya tugas kuliah yang diselesaikan dalam semalam hingga mereka kali ini hanya mempunyai modal nekat dan lagu yang hanya bisa didengarkan saat mereka live. Bahkan media sosial di internet belum sempat diekspos atau mungkin baru akan dibuat saat “Akhirnya Rilis Juga” ini berlangsung.
Note: Belum ada keterangan secara lisan atau tertulis tentang media sosial resmi band ini, selengkapnya tentang penampakan band ini akan dirilis di def-n SUB Webzine secara tidak ekslusif namun berbahasa Inggris
 
credits
Katalog/Bootleg ini diproduseri oleh
Nerve Records, Kolibri, Reveur, Tuan Tanah, Dopest Dope, Hecht, dan Anti-Scum
Seluruh ulasan ditulis oleh
Febrian Aditya – def-n SUB Webzine
Artwork oleh
Rahadil Bodil
Layout oleh
Nadine Fauzia – def-n SUB Webzine
Gig “Akhirnya Rilis Juga” didukung oleh
NERVE Records
def-n SUB Webzine
ENVY Coffee Shop
(cc) 2014
 
 
Akhirnya Rilis Juga (Booklet)
Published:

Owner

Project Made For

Akhirnya Rilis Juga (Booklet)

A booklet for a release party called Akhirnya Rilis Juga. The booklet purposes to inform and archive the bands performed. The writing uses satire Read More

Published:

Creative Fields