Jalan Merah.
Yogyakarta, Indonesia
"The Bird who Dares to Fall is The Bird who Learn to Fly"
Siang itu kutelusuri Jalan Merah seperti biasa. Jalan yang selalu menjadi tujuan pertamaku untuk mencari jawaban. Ditengah pandemi era ini, tak menjadikannya sepi.

Alih-alih mendapat figur manusia, yang saya dapat pertama adalah 2 burung bertengger santai diatas atap gedung perkantoran. Satu menghadap ke Barat, lainnya ke Timur, seakan mengartikan bahwa kebebasan berfikir dan berpihak menjadi hak mutlak baginya. Sayangnya, hal ini tidak terjadi kepada manusia akhir-akhir ini. Tekanan sosial sekarang, sedikit unik dan berbeda dari yang sudah-sudah.
Mungkin lebih enak hidup jadi burung, hidup bebas-tinggi-berkelompok. Sekalipun mati menjadi bangkai dan dilupakan, hidupnya lebih berarti dan sarat akan petualangan. Jauh dari kata sengsara karena ketidakpastian. 

"Seseringnya ia terjatuh, pada akhirnya ia kembali terbang bebas." Ah sudahlah, semoga selepas kemunduran ini nantinya jadi lebih bijak dan lebih baik.
"A man who Swears He's not to Blame"

"Mereka bilang semuanya bisa digantikan. Mereka bilang setiap jarak tidaklah dekat. Mereka bilang setiap pria membutuhkan perlindungan. Mereka bilang setiap pria harus terjatuh. Mereka bilang. Sayangnya."


"The Artificial Fact"
Ramainya Jalan Merah ini menyajikan kesan yang berbeda tiap kali ku datangi. Di utara dari persimpangan Jalan Merah bagian tembok sisi barat, diatas grafiti tersematlah poster yang ternyata lucu juga jika diamati baik-baik. Tertulis "Habis Gelap, Diperbudak Terang" dan gambar mirip perempuan memegangi semacam benih berlambang dollar. Kurang tahu siapa pembuatnya, tapi saya rasa orang ini benar-benar jenius.
Saya percaya bahwa manusia diciptakan untuk melengkapi bukan malah bersaing hahaha. Terciptanya sinergisitas sesama manusia menjadi sebuah keniscayaan. Mungkin ini yang dinamakan kenyataan fana, sifatnya sementara & dibuat-buat, bahkan dilebih-lebihkan. Sayangnya. 
"Down The Rabbit Hole"
Kiasan yang muncul dari Kisah & Film "The Wizard of Oz" sepertinya sesuai untuk menggambarkan keadaan dunia sekarang. Mimpi anak sekolahan untuk tidak berangkat ke sekolah, akhir terwujud karena keadaan yang memaksa.
Berjalan hampir 2 tahun keadaan yang rumit ini menjadikan banyak orang tidak acuh. Terlalu lama dibuat bingung dengan keadaan dan ketidakpastian. Gini, "apanya yang "Wonderful Indonesia" dari kekaburan negeriku ini. Tagline yang bertolak belakang, hanya sebatas impian. Iya?
Janji, ini yang terakhir di projek ini. "sayangnya".
Tulisan ini dibuat dari hasil komunikasi intrapersonal dan dinarasikan secara intrapersonal pula
Jalan Merah
Published:

Owner

Jalan Merah

Published: