Pangkas Rambut: I
Pangkas rambut menjadi hal penting dewasa ini, bahkan kebanyakan orang bisa menilai pribadi seseorang dari model potongan rambutnya. 
Ocehanku kali ini, Pak Udin yang jadi guru.
Pak Udin. Penyedia Jasa Pangkas Rambut di barat daya alun-alun utara Yogyakarta.
Siang itu, iseng keliling kota mencari bahan foto untuk beberapa tulisan yang digarap bersama rekan saya. Langkah kuda besi 2-strokeku terhenti di sisi barat laut alun-alun utara.  Dibawah pohon rindang depan pagar gedung pertemuan PDHI, tersusun cermin dan koper berisikan peralatan untuk memangkas rambut. Ditempat itu, Pak Udin membuka lapak pangkas rambutnya. Selain itu, banyak terparkir becak motor dan bapak-bapak paruh baya sedang berbincang.
Niat hati hanya untuk mengabadikan momen mereka berbincang, tapi kebetulan rambut sudah cukup panjang untuk dipangkas. "Nuwun sewu Pak, nembe istirahat nopo mboten? Menawi kepareng, ajeng potong Pak" ijinku kepada bapak yang sedang lenggahan didepan cermin yang tergantung pada pagar gedung PDHI. Pak Udin namanya, ia pun langsung mengiyakan ijinku tadi. Sembari memangkas rambutku, tidak sengaja mendengar perbincangan bapak-bapak pengendara becak motor dan Pak Udin, akupun memutuskan untuk join focus group discussion itu karena kebetulan saya baru saja diberhentikan secara mendadak dari tempat saya bekerja, topik yang dibicarakan adalah ekonomi dan kebijakan tentang pandemi yang akan datang. Pas.
Peralatan yang digunakan Pak Udin untuk memangkas rambut. Beberapa, hibah dari pengunjungnya. Salah satunya clipper cordless.
Selepas memangkas rambutku, Pak Udin menyantap nasi bungkus yang sudah ia beli sebelumnya.
Beres sudah rambutku dirapikannya. Kali ini bukan hanya rambutku saja yang ia rapikan saya rasa. Kami lanjutkan perbincangan penutup sebelum pamit dengan menghisap tembakau signature ku sisa semalam. Pas, Masing-masing 1.
"Nek lagi mumet ki ora ndewek i mas saiki, aku yo ho'o hahaha" tawa Pak Udin menjawab keluhanku. Mungkin bukan hanya saya dan Pak Udin yang merasakan bahwa  akhir-akhir ini keadaan ekonomi cukup sulit. Mungkin kamu juga? Ya, "ora ndewek i mas".
Pelupa, lupa untuk melihat sekitar. Ora ndewek i, tidak sendirian. Masing-masing juga punya.
Tawa lebar Pak Udin menamparku. Seakan mengisyaratkan lupa dengan hal-hal sial yang terjadi dan mengingatkan kalau hal-hal sial itu akan menjadi ringan jika dilakukan dengan ikhlas & perlahan tapi pasti.
"Setiap Tempat adalah Sekolah, Setiap Orang adalah Guru."
Pangkas Rambut: I
Published:

Owner

Pangkas Rambut: I

Published: