Pesona alam Nusa Tenggara Timur yang indah membawa dampak terhadap perkembangan pariwisata di NTT yang semakin meningkat khususnya di kota Labuan Bajo pulau Flores dengan daya tarik wisata Taman Nasional Komodo. Daya tarik wisata alam ini harus diseimbangi dengan daya tarik wisatawan terhadap seni dan budaya yang terdapat di provinsi NTT. Warisan budaya memiliki ciri khas kearifan lokal tersendiri yang perlu dijaga dan dikembangkan serta dapat menjadi potensi untuk menarik minat para wisatawan.
Perancangan Pusat Kebudayaan NTT merupakan upaya meningkatkan daya tarik wisata untuk menyandang reputasi kota Labuan Bajo sebagai kota berbudaya bukan hanya sebagai kota wisata. Tujuan dari Pusat Kebudayaan NTT selain melestarikan kebudayaan NTT yang kaya adalah untuk menjaga jati diri dan menjaga identitas budaya yang sudah ada sejak zaman dulu.
Transformasi Bentuk Mbaru Niang
Tema perancangan yang diambil adalah blends in with the surroundings, dimana bangunan pusat kebudayaan NTT diharapkan dapat menjalin ikatan dengan lingkungan dan budaya hidup masyarakat sekitar. Oleh karena itu bentuk dasar Pusat Kebudayaan NTT berangkat dari Mbaru Gendang yaitu rumah tradisional yang identik dengan wilayah Manggarai Barat. Konsep bentuk diawali dengan mendefinisikan bentuk tiga dan dua dimensi Mbaru Gendang.
Bentuk dua dimensinya berupa lingkaran dan bentuk tiga dimensinya yaitu kerucut. Bentuk lingkaran digunakan berulang pada beberapa ruang dan ruangan untuk menekankan suatu fungsi. Gubahan bentuk kerucut didapatkan dengan mentransformasi bentuk Mbaru Gendang: meluruskan selubungnya dan memotong bagian puncaknya. Bentuk tersebut dihasilkan dari pertimbangan kebutuhan ruang paxda massa utama sebagai auditorium pertujukan seni & budaya.
interior prespectives outdoor amphitheater, indoor amphitheater, tenun gallery, tenun workshop
Selubung Bangunan
Selubung bangunan menggunakan material anyaman rotan alami. Rotan alami memliki karakteristik yang kuat dan tahan lama namun tidak tahan panas matahari dan air jika diletakan diluar ruangan. Oleh karena itu dilakukan pergantian rotan secara berkala, yaitu 5-10 tahun. Selubung bangunan dengan anyaman rotan ini akan dianyam oleh para pengrajin anyaman lontar di pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Hal ini memnyediakan lapangan kerja yang berkelanjutan bagi para pengayam di NTT.
Upaya mengurangi anyaman rotan alami tersebut rusak karena kondisi iklim,maka selubung bangunan ini di masukan 50 cm lebih dalam untuk mengurangi resiko terkenanya air hujan dan membuat pembayangan untuk mengurangi resiko terpaparnya
anyaman dari sinar matahari.
anyaman dari sinar matahari.
year 2020
address Labuan Bajo, NTT
type Cultural Center
status Final Semester Studio Project ( Citation Awards )
mentor Dr. Ir. Kamal A. Arif, M.Eng.
address Labuan Bajo, NTT
type Cultural Center
status Final Semester Studio Project ( Citation Awards )
mentor Dr. Ir. Kamal A. Arif, M.Eng.